Sekilas.co – Industri perfilman Asia kembali bergeliat dengan hadirnya sebuah karya terbaru bertajuk The Shadow’s Edge (捕风追影), film aksi-thriller yang sejak awal sudah mencuri perhatian publik internasional. Film ini ditulis sekaligus digarap oleh sutradara Larry Yang, yang sebelumnya sukses berkolaborasi dengan Jackie Chan lewat Ride On (2023). Mengusung tema kriminal, spionase, hingga benturan antara metode investigasi lama dengan teknologi modern, film ini diposisikan sebagai sajian aksi yang bukan hanya memacu adrenalin, tetapi juga menawarkan renungan moral.
Bintang utamanya tentu saja Jackie Chan, aktor legendaris yang kali ini memerankan sosok mantan pakar intelijen pengawasan. Meski sudah berusia 71 tahun, Jackie tetap menunjukkan dedikasinya dengan melakukan berbagai adegan aksi berbahaya tanpa banyak bergantung pada stuntman. Lawan mainnya adalah aktor senior Tony Leung Ka-fai, yang berperan sebagai buronan kelas kakap bernama Fu Lung-sang alias The Shadow, tokoh antagonis yang menjadi pusat konflik. Film ini juga menghadirkan aktris muda berbakat Zhang Zifeng sebagai polisi pendatang baru, serta aktor Ci Sha dan Wen Junhui yang turut memperkuat jajaran pemeran.
Inspirasi dari Film Klasik Hong Kong
Menariknya, The Shadow’s Edge merupakan adaptasi longgar dari film Eye in the Sky (2007) karya Yau Nai-hoi. Namun, Larry Yang menegaskan bahwa proyek ini bukan sekadar remake, melainkan sebuah reimajinasi yang lebih modern, dengan menambahkan isu-isu relevan seperti dominasi teknologi, kecerdasan buatan (AI), dan efektivitas metode penyelidikan tradisional di tengah dunia serba digital. Kombinasi ini menjadikan film terasa segar, meski tetap menghormati akar cerita aslinya.
Proses Produksi dan Lokasi Ikonik
Syuting dimulai pada Oktober 2024 hingga Januari 2025, mengambil lokasi di beberapa ikon terkenal Macau, seperti Macau Tower, Coloane, hingga Wynn Macau. Adegan-adegan menegangkan dengan latar kota metropolitan bercampur suasana klasik Macau berhasil menciptakan atmosfer unik yang jarang terlihat di film aksi Asia.
Untuk musik, film ini menggandeng komposer asal Prancis Nicolas Errèra, yang sebelumnya dikenal lewat karya-karya di film internasional. Dari sisi distribusi, The Shadow’s Edge dipasarkan secara agresif di ajang Cannes Film Market, dan berhasil mendapatkan distributor di berbagai negara Eropa, termasuk Inggris dan Turki. Film ini menggelar world premiere pada 3 Agustus 2025 di Emperor Cinemas, Taikoo Li Sanlitun, Beijing, kemudian tayang serentak di Tiongkok pada 16 Agustus, Hong Kong pada 11 September, dan dijadwalkan diputar di Busan International Film Festival pada 19 September sebelum rilis di Inggris mulai 3 Oktober 2025.
Sukses di Box Office
Sejak awal penjualan tiket, antusiasme publik sudah terlihat jelas. Pada fase pra-penjualan, film ini mencatat pendapatan lebih dari RMB 11 juta, sementara di hari pertama tayang langsung menembus RMB 77 juta. Dalam waktu hanya sepuluh hari, total pendapatan mencapai RMB 577 juta, disusul tambahan RMB 182,9 juta pada pekan kedua. Hingga akhir pekan ketiga, angka tersebut terus meroket hingga sekitar RMB 767 juta, menempatkan The Shadow’s Edge di posisi teratas box office Tiongkok.
Lebih dari Sekadar Aksi
Meski dikenal dengan adegan-adegan laga khas Jackie Chan, film ini tidak hanya mengandalkan aksi fisik. The Shadow’s Edge juga mengeksplorasi tema moralitas, dilema etis antara hukum dan keadilan, loyalitas dalam persahabatan, hingga ketegangan hubungan keluarga di tengah dunia kriminal. Perpaduan inilah yang menjadikan film terasa berbeda: menegangkan, emosional, sekaligus sarat makna.
Bagi banyak penggemar film Asia maupun penggemar Jackie Chan, The Shadow’s Edge (2025) menjadi salah satu tontonan paling wajib tahun ini. Ia bukan hanya menunjukkan stamina Jackie yang seakan tak pernah pudar, tetapi juga menandai bagaimana industri perfilman Tiongkok-Hong Kong terus berevolusi menghadirkan karya dengan standar internasional.





