Film Sore Istri dari Masa Depan Resmi Melakukan Kampanye Oscar

foto/istimewa

sekilas.co Film “Sore: Istri Dari Masa Depan”, yang resmi menjadi wakil Indonesia pada Academy Awards ke-98 (Piala Oscar) untuk kategori Best International Feature Film, kini melanjutkan strategi kampanye pemilihannya.

Sutradara Yandy Laurens, produser Suryana Paramita, dan aktris Sheila Dara Aisha hadir dalam sesi wawancara TheWrap Screening Series untuk membahas bagaimana proyek ini berubah dari serial web tahun 2017 menjadi salah satu dari lima film layar lebar terlaris di Indonesia pada 2025.

Baca juga:

Paramita, dalam wawancara dengan media AS TheWrap yang dikutip di Jakarta, Sabtu, menjelaskan bahwa perubahan fokus cerita terjadi seiring perkembangan sudut pandang Laurens mengenai pernikahan, yang kini berbeda dibandingkan saat ia menggarap versi serial web.

“Ia berbagi pandangannya tentang pernikahan ketika masih lajang. Sekarang ia sudah menikah dan memiliki dua anak, sehingga perspektifnya berubah dan ingin menyampaikan makna yang lebih mendalam,” kata Paramita.

Meski bagian awal cerita tetap dipertahankan, produser menegaskan bahwa adaptasi film membawa arah serta kedalaman baru.

Laurens, yang kini telah menikah, mengatakan perubahan tersebut didorong oleh eksplorasi tema cinta tanpa syarat. “Saya menemukan bahwa ketika seseorang mencintai Anda tanpa syarat, itu memberi kesempatan untuk bertumbuh tanpa penghakiman,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa cinta semacam itu terasa seperti kesempatan kedua dalam hidup.

Film “Sore: Istri Dari Masa Depan” berkisah tentang Sore (Sheila Dara Aisha) yang melakukan perjalanan waktu guna mencegah tragedi yang menimpa calon suaminya, Jonathan (Dion Wiyoko).

Sheila Dara, yang menggantikan peran sebelumnya dari Tika Bravani, mengaku sempat kesulitan menghubungkan dirinya dengan karakter Sore yang mencintai begitu dalam hingga rela terjebak dalam lingkaran waktu. Namun melalui diskusi intens dengan tim, ia menemukan lapisan emosi yang lebih kompleks pada karakter Sore bukan sekadar cinta, tetapi juga kesedihan karena kehilangan dan bahkan obsesi untuk menyelamatkan pasangannya.

“Sore” tampil di tengah tradisi sinema perjalanan waktu, bahkan termasuk subgenre romansa lingkaran waktu yang lebih spesifik. Laurens mengungkapkan bahwa ia belum pernah menonton “Groundhog Day”, namun filmfilm fantasi, fiksi ilmiah, dan karya dengan struktur waktu tidak linear seperti “A Chinese Odyssey” karya Jeffrey Lau, “Inception” karya Christopher Nolan, dan “Rashomon” karya Akira Kurosawa turut memengaruhi karyanya.

“Itulah mengapa saya menyukai genre fantasi: ia seperti undangan menuju perjalanan yang unik, membuka kemungkinan yang tak terjadi dalam hidup nyata,” ujarnya. “Perjalanan waktu membawa kita sejauh itu, tetapi pada akhirnya membuat kita lebih memahami diri sendiri.”

Paramita mengaku sempat ragu menggarap film fantasi berskala besar, mengingat genre tersebut biasanya kurang diminati di Indonesia. Namun sambutan luar biasa, termasuk capaian 3,08 juta penonton dan terpilihnya film ini sebagai perwakilan resmi Indonesia di Oscar, membuatnya merasa sangat puas.

“Kami sangat berterima kasih,” ucap Paramita. “Kami senang bisa memutar film ini untuk penonton AS, dan berharap pengalaman ini bermanfaat bagi mereka,” tambahnya, merujuk kampanye yang mencakup pemutaran khusus di Los Angeles dan New York untuk menarik perhatian anggota Academy.

Menurut Variety, Academy mendefinisikan International Feature Film sebagai film berdurasi lebih dari 40 menit yang diproduksi di luar AS dengan mayoritas dialog berbahasa non-Inggris. Anggota Academy dari seluruh cabang dapat memberikan suara dalam babak penyisihan jika memenuhi persyaratan minimum penayangan.

Daftar pendek berisi 15 judul akan diumumkan pada 16 Desember. Untuk saat ini, “Sore: Istri Dari Masa Depan” menjadi film Indonesia yang memenuhi syarat dalam kategori tersebut, bersama 86 film lain dari berbagai negara atau wilayah.

Artikel Terkait