Sekilas.co – Pada musim panas tahun ini, dua film yang paling ramai dibicarakan dan sukses meraih perhatian penonton di bioskop adalah Superman karya James Gunn serta Mission: Impossible – The Final Reckoning, film yang digadang-gadang menjadi penampilan terakhir Tom Cruise sebagai agen aksi legendaris, Ethan Hunt.
Keduanya sama-sama memperoleh ulasan positif dari penonton maupun kritikus. Secara box office pun tergolong sukses, meskipun The Final Reckoning dianggap cukup sulit untuk benar-benar balik modal karena anggaran produksinya yang sangat besar.
Kehadiran Nicholas Hoult sebagai bintang utama Superman dan Christopher McQuarrie sebagai sutradara Mission: Impossible turut menjadi faktor penting yang membuat kedua film tersebut bersinar di tahun 2025.
Beberapa bulan setelah musim panas berlalu, ada kejutan yang tidak banyak diprediksi. Film fantasi kolaborasi Hoult dan McQuarrie yang sudah lama terlupakan ternyata kembali mencuri perhatian publik Amerika Serikat melalui layanan streaming gratis. Film tersebut adalah Jack the Giant Slayer.
Saat artikel ini ditulis, film yang dibintangi Nicholas Hoult dan turut menghadirkan Christopher McQuarrie sebagai bagian dari tim penulis naskah itu berhasil masuk dalam 10 besar film yang paling banyak ditonton di platform streaming Tubi.
Padahal, ketika dirilis pertama kali, film petualangan fantasi yang juga diperkuat oleh para aktor ternama ini gagal memberikan dampak besar di box office. Dengan biaya produksi mencapai sekitar 195 juta dolar AS, Jack the Giant Slayer hanya mampu mengumpulkan pendapatan global sedikit di bawah 200 juta dolar AS, sehingga dianggap tidak berhasil memberikan keuntungan yang sepadan dengan biaya pembuatannya.
Sinopsis resmi film tersebut menggambarkan jalan ceritanya seperti ini:
“Ketika seorang pemuda bernama Jack (Nicholas Hoult) tanpa sengaja membuka portal antara dunia manusia dan bangsa raksasa, ia memicu kembali perang kuno yang telah lama terkubur. Para raksasa yang selama berabad-abad tak menginjakkan kaki di bumi kembali muncul dan ingin merebut wilayah yang dahulu mereka klaim sebagai milik mereka.
Jack harus berhadapan dengan pasukan makhluk raksasa yang selama ini ia kira hanya ada dalam legenda. Namun dalam perjuangannya menyelamatkan kerajaan dan masyarakat, ia juga berpeluang merebut hati seorang putri pemberani, dan mungkin menjelma menjadi pahlawan legendaris.”
Respons Kritikus dan Penonton saat Perilisan
Kinerja Jack the Giant Slayer di bioskop semakin terhambat oleh tanggapan yang cukup beragam dari para kritikus dan penonton. Berdasarkan data dari Rotten Tomatoes, film ini hanya meraih 52% dari penonton dan 55% dari kritikus.
Konsensus ulasan menyebutkan bahwa meskipun film ini memiliki penampilan aktor yang penuh antusias dan cukup menghibur, cerita terasa kurang personal dan terlalu bergantung pada efek visual digital, sehingga daya tarik emosionalnya melemah.
Matt Goldberg dari Collider bahkan memberikan kritik yang cukup tajam. Ia menuliskan:
“Tidak ada visi yang jelas dalam film ini, padahal visi tersebut sangat penting ketika Anda ingin mengangkat kisah klasik seperti Jack and the Beanstalk ke layar lebar. Jack the Giant Slayer mungkin dibuat lebih besar, tetapi petualangannya tetap terasa kecil.”




